DETOKPANGUREUS



DETOKPANGUREUS SEBAGAI ENERGI HIDUP TANAMAN

(Oleh: SR. Pakpahan, SST) 


Hal utama adalah menjaga hal utama tetap sebagai yang utama. Detokpangureus adalah hal zat utama bagi pertumbuhan tanaman yang harus dijaga sebagai zat yang utama untuk energi hidup tanaman. 

EHT but not ETH

Zat berbentuk bulat-bulatan putih kecil yang terlihat seperti pada gambar di atas adalah zat yang sangat dibutuhkan bagi tanaman, zat ini hasil olahan dari sumber habitat bakteri S. aureus yang terdetoksi  tanaman bunga bahagia secara alamiah yang hidup di dekat genangan air, dan di bagian akar tanaman bahagia banyak mengandung unsur kalsium-oksalat yang beracun, namun jika diolah lebih lanjut dapat menghasilkan semacam zat endapan putih yang tidak beracun yaitu CaCl2 (kalsium-diklorida), biia garam (NaCl) dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 6% dicampur dengan kalsium oksalat tersebut. Dengan demikian, ada hubungan antara tanaman bahagia (dieffenbachia) dengan bakteri S. aureus. 

Mau cari tahu hubungan antara tanaman Dieffenbachia dengan bakteri S. aureus?, mari kita berusaha menemukan taman Eden yang telah lama terhilang. 

Hubungan Antara tanaman hias Dieffenbachia bowmanii dengan bakteri Staphylococcus aureus

Senyawa metabolit yang terdapat di dalam daun tanaman bunga bahagia (Dieffenbachia bowmanii) antara lain alkaloid, saponin, fenol, flavonoid. Beberapa senyawa yang terkandung dalam daun bahagia diketahui mempunyai kemampuan sebagai antibakteri. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai bakteriostatik dengan cara merusak membran sitoplasma (Robinson 2005 dalam Aulia, 2008). Senyawa flavonoid dapat menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sitoplasma dan menghambat metabolisme energi sel (Cushine and Lamb, 2005 dalam Yuhana, 2011).

Menurut hasil penelitian (Oktavia, 2015) menunjukkan bahwa perasan daun seledri (Apium graveolens L.) juga mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, sedangkan sampai saat ini belum diteliti bagaimana pengaruh perasan daun bahagia (Dieffenbachia bowmanii) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus yang dapat mengakibatkan infeksi pada luka, menurut penelitian bahwa perasan daun bahagia berpengaruh terhadap menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 

Staphylococcus aureus terdapat di udara, debu, limbah, air susu, pangan, peralatan makan, lingkungan, manusia, dan hewan. Bakteri ini tumbuih dengan baik dalam pangan yang mengandung protein tinggi, gula tinggi dan garam. 

Manusia dan hewan adalah tempat pertumbuhan yang utama. Staphylococcus aureus ada dalam saluran hidung dan kerongkongan serta pada kulit dan rambut pada 50% atau lebih individu yang sehat sebagai floral normal. Resiko lebih tinggi terjadi pada mereka yang sering berhubungan dengan individu yang sakit atau kontak dengan lingkungan rumah sakit (SNI 7388: 2009).

Sumber utama infeksi Staphylococcus aureus adalah lesi terbuka, barang￾barang yang terkontaminasi lesi tersebut, serta saluran nafas dan kulit manusia. Infeksi lokal Staphylococcus aureus tampak sebagai jerawat atau abses. Biasanya terjadi reaksi radang yang berlangsung hebat, terlokalisasi, dan nyeri yang membentuk supurasi sentral. Infeksi Staphylococcus aureus juga dapat terjadi akibat kontaminasi langsung pada luka. Jika Staphylococcus aureus menyebar luas dan terjadi bakteremia, dapat terjdi endokarditis, osteomielitis hematogen akut, meningitis, atau infeksi paru. (Jawetz , dkk, 2008).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menaggulangi kasus patogenesis dari bakteri Staphylococcus aureus salah satunya pemberian antibiotik, namun pemberian antibiotik yang terlalu berlebih justru akan meningkatkan kekebalan dari bakteri tersebut, oleh karena itu banyak peneliti menggunakan berbagai organisme baik dari hewan maupun tumbuhan untuk penyembuhan berbagai macam penyakit dalam pengobatan secara tradisional. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia akhir-akhir ini meningkat. Penggunaan obat tradisional dinilai memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat yang berasal dari bahan kimia, disamping itu harganya juga lebih terjangkau. Keuntungan lain penggunaan obat tradisional adalah bahan bakunya mudah diperoleh dan harganya yang relatif murah (Putri, 2010).

Bahan bersifat antibakteri yang bisa diperoleh dari alam, salah satunya adalah tanaman hias daun bahagia. Nama ilmiahnya adalah Dieffenbachia bowmanii, tanaman yang satu ini paling banyak dibudidayakan sebagai bunga hias dipekarangan maupun dalam rumah. Beberapa orang menganggapnya sebagai tanaman berkelas karena ciri daun berkilau dan berwarna warni. Walaupun sangat dianjurkan untuk tidak mengkonsumsinya karena mengandung racun berbahaya, tetapi ada beberapa manfaat daun bahagia yang bisa dirasakan untuk kesehatan. 

Daun bahagia dapat meningkatkan iklim dalam ruangan, dan mampu mengurangi jumlah bakteri di dalam ruangan, mampu menonaktifkan bakteri S. aureus dan beberapa mikroorganisme lainnya (Jamuin, 2017).

Hubungan kandungan kimia Daun bahagia tethadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Daun bahagia memiliki beberapa zat antibakteri diantaranya adalah plavonoid, saponin dan alkaloid. Flavonoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, methanol, butanol, aseton, dan lain-lan. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol, senyawa fenol mempunyai sifat efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur (Nurachman, 2002). Fenol merupakan suatu alkohol yang bersifat asam sehingga disebut juga asam karbolat. Fenol memiliki kemampuan untuk mendenaturasi protein dan karena flavonoid bersifat lipofilik, dia mampu merusak membran sel, menghambat sintesis protein, dan asam nukleat, serta menghambat sintesis dinding sel.

Sedangkan Saponin menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi dengan membran sterol. Efek utama saponin terhadap bakteri adalah pelepasan protein dan enzim dari dalam sel-sel (Kaswan, 2013).

Menurut Samsumaharto dan Sari (2011) Saponin dapat bekerja sebagai antibakteri dengan cara merusak membran sitoplasma dan membunuh sel. Saponin dapat menyebabkan denaturasi protein sehingga membran sel akan rusak dan lisis (Siswandono dan Soekarjo, 1995). 

Antosianin sendiri merupakan sub-tipe senyawa organik dari keluarga flavonoid, dan merupakan salah satu golongan pilifenol (Karnjanawipagul dkk, 2010). Menurut Wrolstad (2001), antosianin selain sebagai antioksidan yang baik juga dapat berperan sebagai antiviral dan anti mikroba. 

Kamperol merupakan flavonoid golongan flavon yang memiliki potensi sebagai antioksidan dan antibakteri. 

Menurut Robinson (1995) flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara mengikat protein bakteri sehingga menghambat aktivitas enzim yang pada akhirnya mengganggu proses metabolisme bakteri.

Tinjauan Tentang Ekstrak dan Macam-macam Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati ataupun hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian pelarut diuapkan dan massa yang yang tersisad diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000). Ekstrak mempunyai kelebihan yaitu hasilnya akurat, hasil ekstraksinya bisa bertahan selama ± 1-2 bulan, selain kelebihan ekstrak juga mempunyai kekurangan yaitu prosesnya lama, biayanya cukup mahal.

Ekstrak berdasarkan sifatnya menurut Depkes RI (1979) dapat dibagi enjadi 4 yaitu : (1) ekstrak encer, sediaan yang masih dapat dituang. (2) ekstrak kental, sediaan yang tidak dapat dituang dan memiliki kadar air 30%. (3) ekstrak kering, sediaan yang berbentuk serbuk, dibuat dari ekstrak tumbuhan yang diperoleh dari penguapan bahan pelarut. (4) ekstrak cair, mengandung simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai bahan pengawet.

Pengeringan dan pembuatan serbuk halus daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) 

Alat yang digunakan : Gunting, kain atau lap, ayakan kasa dan kantong plastik 

Bahan yang digunakan : Daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) 

 Prosedur Kerja :

(1) Diambil daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) yang masih segar dengan menggunakan pisau dari sebuah tanaman bahagia.. 

(2) Dikumpulkan daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) tersebut sebanyak 3 kg.

(3) Dibersihkan daun dari kotoran residu yang menempel dengan air, lalu dilap dengan kain.

(4) Menimbang berat awal daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni )

(5) Memotong daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) menggunakan gunting menjadi berukuran kecil 4-5 cm2 dan disebarkan diatas glangsing secara merata.

(6) Mengeringkan daun bahagia di bawah sinar matahari selama ± 5 hari. Proses pengeringan ditandai dengan daunnya sudah bisa diremah, mudah dipatahkan, warnanya coklat tua dan mudah dihancurkan. Setelah ± 5 hari, daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) ditimbang kembali. Lalu dicatat berat setelah pengeringan, sehingga didapatkan persentase kadar air dari daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni).

Persentase kadar air daun bahagia dihitung menggunakan rumus menurut Handayani (2016) : 

 % Kadar air daun bahagia = (W1 – W2) / W1 x 100% 

Keterangan : 

W1 = Berat daun bahagia sebelum pengeringan (gram)

W2 = berat daun bahagia setelah pengeringan (gram)

 % Kadar air daun bahagia = (W1 – W2) / W1 x 100% 

 = (3000 gram – 1400 gram) / 3000 gram x 100%

 = 53,33%

(7) Menghaluskan daun bahagia dengan menggunakan blender sampai halus, kemudian diayak sehingga didapatkan serbuk halus daun bahagia seperti kanji.

Ekstraksi daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) dengan metode maserasi

Alat yang digunakan :Bejana atau wadah tertutup, batang pengaduk, vacuum rotary evaporatory, corong kaca, kertas saring. 

Bahan yang digunakan : Serbuk halus daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni), etanol 96% 

Prosedur Kerja : 

(1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

(2) Mencampurkan serbuk daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) dengan pelarut etanol 96% ± 5 liter. Perendaman dilakukan selama 3 hari secara bertahap.

(3) Hari pertama merendam serbuk simplisia dengan 2400 ml etanol 96% selama 1x24 jam sesekali diaduk. Setelah 1x24 jam sampel yang diperoleh dalam bentuk filtrat dan supernatan. Memisahkan supernatan dan filtrat menggunakan corong kaca yang dilapisi kertas saring dan menyimpan hasil supernatan.

(4) Hari kedua melakukan perendaman filtrat kembali dengan 1300 ml etanol 96% selama 1x24 jam dan sesekali diaduk. Lalu memisahkan filtrat dan supernatan menggunakan corong kaca yang dilapisi kertas saring dan menyimpan hasil supernatan.

(5) Hari ketiga melakukan perendaman filtrat kembali dengan 1300 ml etanol 96% selama 1x24 jam dan sesekali diaduk. Lalu memisahkan filtrat dan supernatan menggunakan corong kaca yang dilapisi kertas saring. 

(6) Menyatukan hasil supernatan pertama dan supernatan kedua, dan ketiga kemudian menyaring kembali dengan corong kaca yang dilapisi kertas saring agar filtrat benar-benar terpisah.

(7) Menguapkan supernatan hasil maserasi menggunakan vacuum rotary evaporator dengan kecepatan 180 rpm pada suhu 500C.

Pembuatan konsentrasi larutan ekstrak daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni)

Alat yang digunakan : Pipet pasteur, pipet ukur, filler, gelas kimia, gelas ukur 

Bahan yang digunakan : Ekstrak kental daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni), aquadest 

Prosedur Kerja :

(1) Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.

(2) Konsentrasi larutan ekstrak daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) 0%. Memipet 30 ml aquadest tanpa diberi ekstrak daun bahagia (Diieffenbachia bowmanni).

(3) Konsentrasi larutan ekstrak daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) 50%. Memipet 15 ml ekstrak daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni), lalu menambahkan aquadest sebanyak 15 ml, kemudian mengocoknya hingga homogen.

(4) Konsentrasi larutan ekstrak daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) 100%. Memipet 30 ml ekstrak daun bahagia (Dieffenbachia bowmanni) tanpa pemberian aquadest. 

Metode Ekstraksi Ultrasonik

Optimasi ekstraksi  dapat dilakukan dengan metode ekstraksi ultrasonik. Metode ultrasonik menggunakan gelombang ultrasonik yaitu gelombang akustik dengan frekuensi lebih besar dari 16-20 kHz (Handayani, Sriherfyna, & Yunianta, 2016). 

Dibandingkan dengan ekstraksi termal atau ekstraksi konvensional, metode ekstraksi ultrasonik ini lebih aman, lebih singkat dan meningkatkan jumlah rendemen kasar. Ultrasonik juga dapat menurunkan suhu operasi pada ekstrak yang tidak tahan panas, sehingga cocok untuk diterapkan pada ekstraksi senyawa bioaktif tidak tahan panas (Handayani et al., 2016). 

Ektraksi menggunakan metode ekstraksi ultrasonik biasanya untuk membantu mempercepat ekstraksi, serta dilanjutkan dengan pemurnian menggunkan rotary vakum filter selama kurang lebih 1 jam. Seperti pada ektraksi daun tanaman tuba ini digunakan sebanyak 10 gram serbuk akar tuba kering dengan ukuran 70 mesh, semakin kecil ukuran serbuk maka akan mempermudah penyerapan pelarut etanol/metanol dalam ekstrak. 


Detoksifikasi pada Staphylococcus aureus

Bakteri S. aureus beracun yang masih hidup bentuknya tampak masih bulat, tapi bila ia sudah tidak beracun lagi maka tampak seperti kembang bunga matahari di atas permukaan air. 


Bila pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dihambat dan tubuhnya dimatikan oleh suatu zat seperti flavonoid secara detoksifikasi, lalu ia dialirkan ke air (pengairan) tanaman maka akan memberi nutrisi lengkap bagi pertumbuhan tanaman, dengan asumsi bakteri S. aureus mati telah dimurnikan dengan larutan CaCl2. Warna tubuh S. aureus akan menghilang dan menjadi warna putih bening di atas permukaan air. 

Bakteri S. aureus spesies baru, baru saya temukan lagi menempel memparasit inangnya di bagian batang/tunggul dieffenbachia mati, Jaringan sel tubuh S. aureus belum sempat membesar karena masih pagi suhu udara belum begitu panas disaat saya ambil dan pindahkan ke dalam wadah botol Yakult di jam 08:17 tanggal 26 Sept 2022. Bakteri S. aureus bertumbuh optimal dengan baik pada suhu 37o Celcius. 



Petir dan Hujan

Petir merupakan gejala listrik alami atmosfer bumi yang tidak dapat dicegah. Petir didefinisikan sebagai pelepasan muatan listrik dengan arus yang cukup tinggi dan bersifat sangat singkat yang biasanya terjadi pada saat awan cumulonimbus. Terdapat beberapa bentuk pelepasan muatan pada petir, yakni pelepas muatan awan–permukaan tanah (Cloud-to-Ground) dan pelepasan muatan antar atau dalam awan (Inter/Intra Cloud). Pelepasan muatan dari awan-permukaan tanah (CG) merupakan jenis petir yang berdampak langsung terhadap aktivitas manusia (Fansuri, 2012). Petir menjadi sumber energi yang kuat (meskipun durasinya pendek), juga memiliki potensi menyebabkan kerusakan yang signifikan terhadap kehidupan dan properti (Muliadi, 2018).

Sambaran petir CG (Cloud to Ground) menurut ion yang dilepaskan dibedakan menjadi sambaran CG positif berarti terjadi pelepasan kelebihan ion positif awan, dan sambaran CG negatif berarti terjadi pelepasan kelebihan ion negatif awan ke bumi (Atmam, 2015). Selain itu sambaran petir CG akan melepaskan sejumlah energi yang besar berupa panas terhadap apa yang dilaluinya seperti mengenai bangunan, pohon, ataupun makhluk hidup, yang kemudian akan berdampak pada tanah tempat bangunan, pohon, atau makhluk hidup itu berada. Dari semua sambaran petir hanya sekitar 25% dari petir yang mencapai tanah. Jika kuat isolasi udara sudah tidak lagi mampu menahan medan listrik yang tinggi ini, maka akan mengalirlah muatan listrik dari awan menuju bumi dan terjadilah petir di permukaan bumi.

Petir dianggap berbahaya karena memiliki daya hancur yang luar biasa, tetapi ternyata selain membuat kerusakan di permukaan bumi, juga mempunyai manfaat yang sangat besar, salah satunya yaitu terhadap kesuburan tanah (Suhardiyanto, 2009). Secara umum tanah didefinisikan sebagai bahan lepas yang tersusun dari batuan dan bahan organik yang telah melapuk, mineral lainnya, yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi. Tanah memiliki komposisi yang beragam berupa unsur hara makro dan mikro. Khususnya unsur hara makro yang paling dibutuhkan adalah nitrogen, dimana nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, Sumber nitrogen dalam tanah berasal dari atmosfer sebagai sumber primer dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder.

Penelitian dari Sri Karmila Laode (2019) “Investigasi Efek Intensitas Paparan Petir Terhadap Distribusi Kandungan Nitrogen dalam Tanah” menyatakan pengaruh intensitas paparan petir pada distribusi nitrogen tanah pada umumnya berkisar hanya 0,01% - 0,3%.
Selanjutnya petir akan disusul oleh datangnya hujan yang akan membasahi tanah. Di dalam tanah memiliki komposisi yang beragam berupa unsur hara makro dan mikro. Khususnya unsur hara makro terbatas yang paling dibutuhkan adalah nitrogen, dimana nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, Sumber nitrogen dalam tanah berasal dari atmosfer sebagai sumber primer dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder.
Tanaman membutuhkan sumber utama input nitrogen dari udara, dimana tanah memperoleh input nitrogen dari udara berupa N2. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+ dari tanah. Senyawa asam nitrat HNO3 yang terbawa air hujan masuk ke dalam tanah, maka akan membuat tanaman tumbuh subur.


Hakim et al. (1986) menjelaskan bahwa nitrogen diperlukan untuk memproduksi protein dan bahan-bahan lainnya dalam proses pembentukan sel-sel serta berperan dalam pembentukan klorofil. Cukup tersedianya klorofil di daun akan menyebabkan daun mampu menyerap cahaya matahari, sehingga terjadi proses fotosintesis. Proses ini menghasilkan energi yang diperlukan oleh sel-sel untuk melakukan aktivitas, seperti pembelahan dan pembesaran sel. Sarief (1985) menambahkan bahwa proses pembelahan sel akan berjalan cepat seiring dengan ketersediaan nitrogen yang cukup. Nitrogen mempunyai peranan penting untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya pertumbuhan batang yang akan memacu pertumbuhan tinggi tanaman.

Mikroba seperti bakteri mengasimilasi nitrogen dan nitrat yang diperlukan untuk biosintesis protein, asam-asam nukleat dan komponen nitrogen lainnya. Nitrat (NO3-) yang diserap akan direduksi menjadi NH3 dan dengan bantuan enzim glutamat dehidrogenase akan dihasilkan asam glutamat (C5H9NO4). Asam glutamat merupakan asam amino yang berperan penting dalam pembentukan asam-asam amino lainnya (Timotius, 1981). Asam-asam amino ini dibutuhkan oleh tanaman dalam proses hidupnya.

Perhatikan dengan seksama gambar tanaman di atas bahwa akarnya besar benar hidup dalam menyerap zat detokpangureus. 

Masuk hutan keluar hutan bahagia, Gambar di atas adalah S. aureus yang baru saya temukan di habitat tanaman dieffenbachia di siang haruam 12.50 nampak tidak membesar lagi karena sudah siang hari disaat saya fotokan lalu diambil dan dipindahkan ke dalam wadah botol Yakult. 


Mekanisme Kerja Antibakteri

Zat antibakteri seperti kloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein pada sel bakteri. Kloramfenikol akan berikatan secara reversibel dengan unit ribosom 50 S, sehingga mencegah ikatan antara asam amino dengan ribosom. Zat antibakteri ini berikatan secara spesifik dengan akseptor (tempat ikatan awal dari amino asil t-RNA) atau pada bagian peptidil, yang merupakan tempat ikatan kritis untuk perpanjangan rantai peptida (Setiabudy dkk, 1995; Katzung, 1998).

Gambar 3 Mekanisme kerja kloramfenikol dalam sintesis protein (Katzung, 2004)

Keterangan : (1) tempat kerja kloramfenikol


Bersambung..... Ke PROSES PROSES KIMIA YANG TERJADI ANTARA TANAMAN DIEFFENBACHIA DENGAN BAKTERI S. AUREUS



Comments

Popular posts from this blog

GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA TANAMAN

15 Jenis Tanaman Mengandung Fosfor Tinggi

CARA MEMBUAT POC (PUPUK ORGANIK CAIR) SEDERHANA BAHAN YAKULT, AIR KELAPA, TELUR, MICIN, DAN JUS TEB