PUPUK KOMPOS DAN CARA MEMBUATNYA

 PUPUK KOMPOS DAN CARA MEMBUATNYA

(Oleh: SR. Pakpahan, SST)


Kompos adalah suatu produk yang dihasilkan dari proses pelapukan/dekomposisi bahan bahan organik yang terkontrol atau sengaja dibuat menjadi bahan bahan terhumuskan yang siap digunakan bagi tanaman. 

Pupuk kompos sangat bermanfaat bagi tanaman yaitu untuk memperbaiki sifat sifat fisik, biologi, maupun kimia tanah. Dimana tanaman memerlukan oksigen karena berhubungan dengan molokul molekul yang diserap tanaman di dalam tanah seperti unsur N dari NO3, P dari HPO4 2-, H2PO4-

Sifat Fisika Tanah Yang Diperbaiki

Ada beberapa sifat sifat fisik tanah yang dapat diperbaiki bila menggunakan kompos, yaitu:

1. Aerasi Tanah

Kandungan oksigen di dalam tanah (aerasi) akan dapat diperbaiki oleh kompos. 

Unsur N dimanfaatkan tanaman dalam molekul NO3-

Unsur P dimanfaatkan tanaman dalam molekul  HPO4 2-, atau H2PO4-

Jika molekul mengandung unsur O, maka didalam proses pembuatannya memerlukan oksigen (O2). 

2. Menahan Air dan Nutrisi. 

Dengan penambahan kompos pada tanaman di tanah, maka akan bertambahnya pori pori tanah (pori pori makro dan mikro). Dimana bila tanah memiliki pori pori yang makro maka akan meloloskan zat zat hara jauh ke dalam tanah di bawah akar yang tidak dapat terjangkau tanaman, sedangkan tanah yang berpori pori mikro akan mudah menyimpan zat zat hara di dalam tanah yang tidak jauh dari akar tanaman. 


3. Daya Hantar Listrik. 

Daya hantar listrik diperlukan karena tanaman menyerap unsur unsur hara dalam bentuk ion dan kation, yaitu seperti: NH4+ , NO3- , H2PO4- , K+  

Sifat Biologis Tanah Yang Diperbaiki

Kompos adalah tempat hidup dan berkembang biaknya mahluk mikro organisme. Penambahan kompos pada tanaman akan dapat meningkatkan populasi mikro organisme yang bermanfaat baik dari jenis cendawan maupun bakteri, seperti penambah unsur N, perombak P, agen antagonis patogen penyakit, dan sebagainya. 


Sifat Kimiawi Tanah Yang Diperbaiki

Kompos dapat berfungsi sebagai buffer pH yang mempertahankan pH tanah menjadi netral,  sehingga penyerapan unsur hara tanah menjadi lebih efektif. 


Pupuk kompos juga menyumbangkan nutrisi makro seperti: Ca, N, P, K, Ca, Mg dalam prosentase yang kecil, dan juga unsur nutrisi mikro lengkap yang tidak dapat disumbangkan oleh jenis pupuk anorganik. 

Dengan demikian kompos dapat difungsikan untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan kemampuan produktivitas tanaman. 


Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengomposan

1. Aerasi (Kandungan Oksigen/Udara) 

Proses pengomposan dengan ada oksigen atau secara aerob akan menghasilkan bahan atau nutrisi yang bisa langsung diserap oleh tanaman. Aerasi didukung oleh dengan cara pemasangan cerobong bambu pada pengomposan. Proses pengomposan secara anaerob harus dihindari dalam pengomposan karena cara anaerob berbahaya bagi lingkungan karena mengandung unsur gas metana.  Sebaiknya pengomposan dilakukan secara aerob saja yang juga dapat didukung oleh dengan pemasangan cerobong bambu. 

Contohnya:

Bila gula, cellulosa, hemicellulosa bertemu dengan oksigen, maka akan menghasilkan CO2, H2O, dan Energi. 

Bila Protein (N) diolah, maka akan menghasilkan NH4 (Amonium), NO2, NO3, dan Energi. 

Bila Belerang (S) bertemu dengan Oksigen, maka akan menghasilkan SO4, dan Energi. 

Bila Organik Phosfor diolah, maka akan menghasilkan H3PO4 (asam phosfat), dan Triple Super Phosfat. 




2.  C/N Rasio Bahan Baku

C/N Radio Bahan Baku adalah perbandingan antara jumlah Karbon (C) dengan Nitrogen (N) dalam bahan baku organik pembentuk kompos yang akan mempengaruhi waktu kecepatan proses pengomposan berlangsung. 

Semakin keras bahan baku, maka bahan tersebut memiliki C/N yang tinggi. Sedangkan semakin lemah bahan baku, maka bahan tersebut mempunyai C/N yang rendah. Contohnya bahan jerami murni memiliki C/N Rasio = 80.

Adapun standar Rasio C/N bahan baku yang optimal adalah 20 s/d 40, atau yang dianjurkan 25 s/d 35 untuk pengomposan. 

Berikut diberikan contoh penghitungan C/N Rasio Bahan Baku Total, sebagai berikut:




3. Kelembaban

Kelembaban pengomposan yang baik ada pada 50 s/d 60 , jika terlalu kering maka aktivitas mikro organisme akan terhambat, dan sebaliknya jika terlalu basah maka pengomposan akan diambil alih oleh proses anaerob sebab mikro organisme  beraktivitas normal pada kelembaban tempat 50 s/d 60. Alat untuk mengukur kelembaban tempat diukur dengan memakai alat Soil Meter. 



4. Ukuran Bahan. 

Semakin kecil ukuran bahan kompos, maka akan semakin cepat berlangsungnya proses pengomposan. Pada bahan yang berukuran besar dilakukan pengecilan ukuran bahannya dengan tujuan untuk memperluas permukaan bahan kompos tersebut yang betsentuhan langsung dengan mikro organisme pengurai. 

5. Suhu/Temperatur.

Suhu yang optimal pada pengomposan adalah 45 s/d 65 derajat Celcius. Salah satu cara pengoptimalan suhu pada proses pembuatan kompos adalah dengan cara memberi cerobong bambu. 

6. Penggunaan Decomposer/Aktivator decomposisi . 

Decomposer berfungsi untuk membantu mempercepat proses dekomposisi atau penguraian bahan-bahan dalam proses pengomposan. 

Banyak jenis decomposer diperjual belikan di pasaran. Salah satu ragam jenis aktivator dekomposisi adalah seperti dari MOL (Mikro Organisme Lokal), EM4, IMR, Tricho Derma, dan lain lain, atau produk lainnya yang terbukti efektif melakukan perombakan bahan bahan organik. 

Untuk bahan kompos bisa terbuat dari bahan organik limbah tanaman, limbah organik kota, bahkan dari kotoran hewan. Masing masing bahan kompos memiliki kandungan komposisi zat hara yang berbeda, yaitu sebagai berikut:



Decomposer atau mikroba/mikro organisme pengurai ada yang dapat di eksplorasi dari alam yaitu seperti aspergilus, penicilium, trichoderma berupa cendawan atau fungi atau jamur antagonis,

 lalu pemurnian cendawan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengoleskan cottonbag padanya. 


Cara Membuat Kompos Dari Limbah Jerami

Untuk membuat kompos dari limbah jerami, perlu dipersiapkan bahan bahan dan peralatan, berikut ini:

- Bambu yang dibelah untuk dibuat sebagai wadah pengomposan dibuat berbentuk pagar dengan ukuran 80x80 cm dan tinggi 1m.

-  Bambu yang dipotong setinggi 1m dibuat sedemikian rupa sebagai cerobong bambu yang berguna untuk membantu pertukaran oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh proses permentasi aerob terutama di bagian tengah pengomposan,

cerobong bambu juga berguna untuk mengendalikan suhu pengomposan agar tetap dibawah 60 derajat Celsius sehingga meminjmalisir proses pembalikan atau pengadukan bahan kompos, namun suhu dalam pengomposan harus tetap dikontrol sekitar dibawah 60 deranat Celsius, bila suhu ada diatas 60 derajat maka harus dilakukan pengadukan bahan kompos yang belum jadi. 

- Cairan atau larutan pengurai seperti dengan menggunakan Tricho derma dan EM4, atau bisa juga menggunakan MOL atau pengurai lainnya. 

- Molase sebagai bahan karbon (C) siap saji bagi mikroba. 

- Gelas ukur

- Gembor atau penyiram

- Tong sebagai tempat air

- Air yang tidak mengandung kaporit. 

Penggunaan Molase dengan dosis 10 cc per liter, molase dimasukkan ke dalam tong berisi air lalu diaduk hingga merata. Lalu masukkan decomposer EM4 dengan dosis 10 cc per liter pada tong yang berisi larutan molase tersebut. Lalu campurkan Tricho derma dengan dosis 1 kg  untuk 100 liter larutan. Trichoderma bisa dalam bentuk serbuk atau bisa juga berbentuk cairan, baik itu tricho derma yang dibeli dari toko pertanian atau yang dibuat/diperbanyak sendiri. Lalu setelah diaduk merata, campuran larutan pengurai ini didiamkan selama kira kira 1 hingga 1,5 jam agar bakterinya bangun dari dormansinya. 

Wadah bambu yang sudah siap untuk pengomposan mulai diisi dengan menancapkan cerobong bambu secara tegak di tengah tengah wadah, 

lalu jerami dimasukkan setebal 20 cm, lalu diikuti dengan memasukkan pupuk kandang setengah jadi atau kotoran ternak yang berfungsi sebagai penurun kadar C/N Rasio bahan total (sebab jerami memiliki C/N Rasio yang tinggi dan bila dengan penambahan pupuk kandang setengah jadi yang memiliki C/N Rasio rendah, maka akan sedikit menurunkan C/N Rasio bahan total kompos, selain itu pupuk kandang juga berfungsi sebagai sumber tambahan mikroba pengurai selain diperoleh dari larutan pengurai yang kita siapkan tersebut. 

Selanjutnya dimasukkan bekatul atau dedak secukupnya (optional, bekatul bisa diberikan, bisa juga tidak) dengan tujuan bekatul/dedak berfungsi untuk memberikan tambahan gula kompleks dalam bentuk karbohidrat dan vitamin B terutama vitamin B1 yang berfungsi bagi nutrisi mikro organisme agar tidak mengalami stress tapi langsung berkembang biak. 

Setelah itu di bagian atasnya disiramkan larutan pengurai yang telah kita siapkan, 

sehingga lapisan ke-1 pengomposan dari bawah ke atas adalah jerami - pupuk kandang - bekatul/dedak - larutan pengurai, lapisan dilakukan secara berulang berlalis sampai pagar wadah pengomposan penuh (sebaiknya lapisan 3 hingga 4 lapisan saja). 

Jangan lupa disetiap lapisan perlu diinjak injak agar lebih padat, hingga lapisan teratas. Bila sudah, kemudian untuk model pengomposan seperti ini bisa melepaskan pagar atau wadah bambu tersebht, atau bisa juga dibiarkan wadah tersebut bersamaan dengan proses pengomposan. Setelah itu pengomposan ditutup dengan plastik yang tidak transparan seperti menggunakan plastik UV atau plastik banner berukuran 2x3 m (plastik UV punya daya tahan lama hingga 5 tahun pemakaian). Ditutupi plastik ini dengan tujuan menjaga kadar air pada pengomposan tetap berkadar 40 s/d 60 persen, menghindari terpaan terik sinar matahari, menghindari penguapan berlebihan, dan untuk menghindari peningkatan kadar air diatas 60 persen saat datang hujan agar proses pengomposan yang terjadi tetap pada kondisi aerob. 

Lalu kemudian pengomposan dibiarkan selama 1 hingga 1,5 bulan hingga kompos benar benar matang dan telah jadi, kompos yang sudah jadi sudah bisa diaplikasikan langsung ke lahan/kebun tanaman. 


Cara Membuat Kompos dari Bahan Campuran Dedaunan kering, Rumput liar, Daun bambu kering, dan Limbah batang pisang. 

Li.mbah limbah organik dj sekitar lingkungan kita dapat diolah menjadi kompos. Pembuatan kompos dari bahan campuran (mix pukan) ini tidak jauh bedanya dengan cara pembuatan kompos dari bahan limbah jerami yang sudah dijelaskan di atas, cuma bedanya terletak pada tiap tiap lapisan pengomposan saja, yaitu:

Lapisan ke-1 terdiri dari Dedaunan kering - pupuk kandang setengah jadi - bekatul/dedak - larutan pengurai. 

Lapisan ke-2 terdiri dari rumput liar - pupuk kandang setengah jadi - bekatul/dedak - larutan pengurai. 

Lapisan ke-3 terdiri dari daun bambu kering - pupuk kandang setengah jadi - bekatul/dedak - larutan pengurai. 

Lapisan ke-4 terdiri dari limbah batang pisang yang dipotong kecil kecil - pupuk kandang setengah jadi - bekatul/dedak - larutan pengurai. 


Cara Membuat Kompos dari Bahan Limbah Jerami Murni 

Limbah organik jerami murni yang sudah kering dapat diolah menjadi kompos. Pembuatan kompos dari bahan seluruhnya limbah jerami ini tidak jauh bedanya dengan cara pembuatan kompos dari bahan campuran limbah jerami kering yang sudah dijelaskan di atas, cuma bedanya terletak pada tiap tiap lapisan pengomposan diberi cerobong bambu yang dipasang secara mendatarmendatar di atas lapisan jerami, dan tentunya ditiap lapisan pengomposan isi lapisannya sama, yaitu:

Lapisan ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4 terdiri dari Limbah jerami murni - pupuk kandang setengah jadi - bekatul/dedak - larutan pengurai. 

Jadi intinya apapun limbah itu, asalkan ia limbah organik maka bisa diolah menjadi pupuk kompos dengan syarat pengaturan pada C/N Rasio total bahan kompos adalah optimal di standar 20 s/d 40, namun pemakaian bahan limbah organik yang mengandung unsur lemak dan vitamin A, D, E, K larut dalam lemak harus dihindari. 

Untuk menentukan hasil akhir pengomposan dapat diperhatikan beberapa ciri fisik kompos yang tampak yaitu seperti berwarna coklat, berstruktur remah, berkonsistensi gembur dan berbau seperti tanah. Dan bila dianalisis sampel kompos dibawa ke laboratorium, sesuai standar SNI 19-7030-2004 maka kandungan unsur nitrogen pada kompos yaitu > 0,4 persen, dan kandungan C-organik yaitu 9,8 s/d 32 persen, artinya pupuk kompos mempunyai kualitas yang baik sebagai media tanam, Berdassrkan penelitian Sriharti (2008) menyatakan bahwa semakin banyak kandungan nitrogen pada pengomposan, maka akan semakin cepat bahan organik terurai oleh karena mikroba sangat membutuhkan nitrogen untuk perkembangannya. Unsur hara nitrogen banyak terdapat pada limbah batang/kulit pisang. 

Dari uraian di atas, timbul pemikiran di benak penulis, bahwa ibarat para atlet yang bertarung di gelanggang olahraga/ring tinju, seperti itulah antara limbah organik dan decomposer/hewan pengurai bertarung sengit di ring bambu berukuran 80 x 80 cm, limbah ingin menang dengan menghasilkan polutan, aroma bau busuk dan memunculkan ulat, sedangkan decomposer/pengurai ingin menang dengan memangsa limbah organik. Gara gara unsur hara makro terbatas N, P, K, Ca, Mg, dan S yang diantara unsur unsur makro tersebut ada yang mendukung limbah dan ada pula yang mendukung decomposer/pengurai. Kita harapkan mudah-mudahan semua unsur hara makro terbatas tersebut mendukung kemenangan decomposer/hewan pengurai dalam proses pengomposan, iya kan? . 

Ingat pengomposan, ingat C/N Rasio dan keberpihakan N, P, K, Ca, Mg, S. 


Bersambung.... Ke TANAMAN ORGANIK DAN PESTISIDA ALAMI DAN CARA MEMBUATNYA

Comments

Popular posts from this blog

GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA TANAMAN

15 Jenis Tanaman Mengandung Fosfor Tinggi

CARA MEMBUAT POC (PUPUK ORGANIK CAIR) SEDERHANA BAHAN YAKULT, AIR KELAPA, TELUR, MICIN, DAN JUS TEB