TANAH SUBUR SEGAR BUGAR UNTUK BUDI DAYA TANAMAN BAIK
(Oleh: SR. Pakpahan, SST)
Di dunia ini ada mahluk yang baik dan ada juga mahluk yang tidak baik, begitu juga dengan tanaman. Setiap tanaman pada umumnya memiliki struktur tubuh yang sama yaitu ada memiliki akar, batang, daun, dan bunga/buah seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut ini.
Hendak kita apakan tanaman budi daya yang kita usahakan di kebun dari mulai pesemaian bibit hingga akan siap untuk ditanam di lahan kebun, kalau tidak bukan untuk dimasukkan atau ditanam kedalam tanah yang subur.
Secara umum tanah didefinisikan sebagai bahan lepas yang tersusun dari batuan dan bahan organik yang telah melapuk, mineral lainnya, yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi. Tanah memiliki komposisi yang beragam berupa unsur hara makro dan mikro. Khususnya unsur hara makro yang paling dibutuhkan adalah nitrogen, dimana nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, Sumber nitrogen dalam tanah berasal dari atmosfer sebagai sumber primer dan lainnya berasalr dari aktifitas di dalam tanah sebagai sumber sekunder.
Jika bibit tanaman yang masih di pesemaian atau yang bakal ditanam di tanah lahan kebun, maka tanah itu masih terhitung belum banyak, tapi jika bibitnya sudah di tanam di tanah subur di lahan kebun, maka tanah subur media tanam bagi tanaman itu sudah dapat dikatakan lahan tersebut “akan banyak tanah subur" atau dengan kata lain diberi ungkapan “mau diperbanyak tanah subur” . Jadi dengan memasukkan tanaman ke dalam tanah subur di llahan kebun itu berarti petaninya harus memperbanyak tanah subur bagi tanamannya.
Menurut telaah PMD bahwa tanaman itu mahluk terbalik, jika ia tidak terbalik maka struktur tubuhnya adalah seperti ilustrasi gambar berikut ini:
Oleh karena tanaman adalah mahluk hidup yang terbalik (seperti diilustrasi gambar sebelumnya) di bagan PMD bersisi 4, jika tanaman hendak kita tanam ke tanah yang subur, maka tanaman dimasukkan ke dalam tanah artinya tanah yang subur harus kita perbanyak agar lebih megah, mantap dan berkualitas hasil budi daya tanaman yang kita kelola. Adapun usaha memperbanyak tanah subur bagi budi daya tanaman tersebut diilustrasikan pada bagan PMD bersisi 6 yang tidak terbalik, seperti berikut ini.
Nah, step by step kita akan mengisi 6 kotak pada gugusan tersebut untuk melihat dan membuat teknik atau cara membuat tanah subur segar bugar bagi tanaman yang dibudi-daya-kan, yaitu:
1. Tanah dibajak
2. Tanah dihumuskan
3. Tanah diberi pengairan untuk lahan dan tanaman
4. Tanah ditumbuhi rumput liar harus disiangi
5 Tanah diberi pupuk untuk tanaman
6. Tanah diremajakan atau di refresh
Sehingga gambar untuk mengilustrasikan tehnik atau cara membuat tanah subur segar bugar untuk budi daya tanaman adalah seperti berikut ini:
Itulah pengurbanan tanaman bagi bumi, tanaman mau terbalik untuk memperbanyak tanah subur dan menegakkan muka bumi, sehingga lambat laun tanah bumi akan semakin terberkati. Bukan seperti manusia yang bisanya cenderung merusak bumi dengan kesalahan mengeksploitasinya, gara gara manusia yang memberontak dan berdosa terhadap Sorga Allah, maka tanaman atau tumbuh-tumbuhan terkendala untuk berbalas cipta bagi Allah yang telah menciptakannya. Oleh karena itu mari kita kelola tanah dan tumbuh-tumbuhan dengan baik sebagai harta kekayaan Sorgawi yang akan diwariskan kepada kita manusia manusia yang dicintai dan dikasihi Allah.
Ada 6 tehnik atau cara pengerjaan tanah menjadi subur segar bugar atau cara memperbanyak tanah subur di lahan kebun tanaman yang dibudi-daya-kan. Seorang petani harus bekerja keras dan tekun mengupayakan atau mengolah tanah lahannya agar tetap subur segar bugar disepanjang waktu pertumbuhan tanaman yang dibudi-daya-kannya.
Pengerjaan Tanah Seiring Pertumbuhan Tanaman
1. Tanah di bajak
Tanah bumi tidak lagi terberkati Sorga Allah, tanah bumi sudah terkutuk karena ulah pemberontakan dan dosa manusia. Oleh karena itu dampaknya tanah menjadi ketas, banyak ditumbuhi tanaman jahat seperti semak duri dan rumput liar.
Pembukaan lahan baru untuk perkebunan tanaman budi daya seperti pembukaan lahan baru dari hutan setelah dibersihkan dari kayu kayu, ranting, dan benda benda keras, maka seperti biasa tanah digemburkan terlebih dahulu dengan pembajakan lahan. Tujuan pembajakan lahan adalah untuk menyuburkan dan meningkatkan porositas tanah, porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air, yang juga berkaitan dengan tingkat kepadatan tanah. Kemampuan tanah menyerap air bergantung pada pori pori tanah. Tanah dengan porositas tiggi mengandung sedikit partikel besar (sand) dibandingkan dengan partikel kecil (clay). Porositas tanah yang tinggi akan menahan air dan nutrisi di dalam tanah untuk tidak terbawa air. Untuk meningkatkan porositas tanah, tambahkan partikel clay untuk selanjutnya dibajak agar tanah tercampur.
Dalam pembajakan tanah untuk lahan perkebunan, ini adalah tahap awal dalam pembudi dayaan tanaman, tidak salah bila ada dana cukup maka pengerjaan pembajakan lahan ini diserahkan saja pada orang asing untuk mengerjakannya, tentunya mereka harus diberi upah karena sudah bekerja. Atau bila tidak tersedia dana untuk itu, mau tidak mau harus si petani sendirilah yang mengerjakan membajak lahannya, ia harus membalik balikkan tanah dengan cangkulnya agar tanah menjadi subur mengandung zat zat hara dan dapat dimasuki oksigen dari udara, bila ada ternak seperti kerbau atau lembu atau peralatan pembajakan tersedia lebih modern yang mengandalkan mesin seperti traktor tangan tentu itu lebih baik karena dapat mengurangi keluarnya tenaga. Sehingga pembajakan tanah nantinya untuk media tempat bertumbuhnya tanaman dan penyimpan unsur hara, udara, cadangan air serta sebagai rumah bagi mikroorganisme pengurai tanah harus di kkelola dengan baik mulai dari tahap awal pengerjaan tanah ini agar menghasilkan tanah yang baik dan subur bagi tanaman di usaha berkebun. Di tahap awal ini tanah mulai kelihatan sedikit subur, sedikit gembur, semakin dibolak balikkan tanah maka tanah akan semakin subur, gembur, pecah pecah seperti butiran-butiran partikel halus namun belum bisa segera ditanami tanaman. Tujuan pembajakan tanah dilakukan agar tanah mengandung unsur-unsur hara. Bila tanah kelihatan masih keras dan sedikit mengandung hara dapat diatasi dengan menaburkan arang sekam di atas permukaan tanah, lalu menaburkan tepung beras atau tepung gandum, lalu kemudian larutan air bercampur pasta tanah disiramkan, lalu tanah tersebut dicangkul cangkul dan setelah itu tanah disirami air sejuk sampai tanah kelihatan basah, beberapa hari atau 1 minggu kemudian tanah sudah bisa ditanami tanaman. Hara merupakan salah satu unsur yang paling penting dan dibutuhkan tanaman. Tanah harus banyak mengandung bahan organik dan unsur hara lainnya yang dibutuhkan tanaman. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya kandungan hara bisa dilihat dari warna tanahnya. Tanah yang mengandung banyak hara biasanya memiliki warna yang khas yaitu cokelat kehitaman.
2. Tanah dihumuskan.
Tidak sedikit dari para petani setelah membajak lahannya ia langsung menanam tanaman yang dibudi-dayakannya, tentunya perbuatan ini kuranglah tepat karena tanah belum memiliki humus yang tebal. Humus adalah bunga tanah, suatu tanah yang subur dapat diketahui dengan melihat ketebalan bunga tanah (humus). Semakin tebal humusnya maka tanah tersebut akan kaya dengan bahan organik dan unsur hara. Ketersediaan humus juga sebagai tanda bahwa sistem drainase lahan sekitar berjalan dengan baik. Humus yang tebal akan meningkatkan daya hisap tanah terhadap air, hal ini disebabkan struktur lapisan humus berongga sehingga memungkinkan air untuk masuk lebih banyak.
Dengan cara menghumuskan tanah, maka tanah memiliki pH netral tanah berkisar antara 6,5 s/d 7,5. Tanah dengan tingkat pH yang netral memungkinkan untuk tersedianya berbagai unsur kimiawi tanah yang seimbang. Selain itu, kondisi tanah dengan pH yang netral akan memudahkan tumbuhan untuk menyerap unsur hara dan menjaga keseimbangan mikroorganisme yang terdapat dalam tanah.
Itulah kenapa pada kondisi tanah yang terlalu asam perlu dilakukan proses pengapuran yang tujuannya untuk mengembalikan pH tanah ke kondisi netral. Begitu juga ketika tanah bersifat terlalu basa (>pH 8) perlu diberikan sulfur atau belerang seperti yang terkandung pada pupuk ZA (Amonium Sulfat). Selain itu tanah akan kaya akan biota tanah, kehadiran sejumlah makhluk hidup berukuran kecil penghuni tanah menjadi penanda bahwa di dalam tanah tersebut tersedia berbagai bahan organik yang juga dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menunjang kehidupannya. Salah satu contoh organisme tanah ini adalah cacing. Cacing sebagai “mesin decomposer” mampu menggemburkan tanah sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih optimal.
Itulah sebabnya pada saat pembuatan lubang tanam, maka pada media lubang tanam tersebut harus diberi pupuk organik yaitu pupuk kompos, lalu didiamkan selama 1 minggu sebelum tanaman ditanam agar supaya menyehatkan lubang tanam dan memelihara produktivitas tanah secara berkelanjutan nantinya. Bila tanah sudah memiliki pH yang netral dan mengandung humus yang tebal maka tibalah saatnya untuk menanam bibit di lubang tanam yang telah disediakan.
Ketika menanam tanaman di lubang tanam, maka inilah momen awal bagi kita untuk mulai melakukan pencatatan akan setiap pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan di lahan kebun. Selain dengan cara memberi pupuk kompos bagi tanah, memberi sarang rayap juga merupakan cara alternatif lain untuk menghumuskan tanah. Lahan kondisi kering biasanya kondisinya mempengaruhi kadar pH tanah dengan tingkat keadaan yang tinggi yang berbahaya bagi resiko tingkat kematian akar tanaman. Agar tanah tetap subur maka pH tanah harus dikontrol dengan cara salah satunya adalah dengan menaburkan kapur dolomite pada permukaan tanah.
3. Tanah diberi Pengairan.
Pengairan merupakan salah satu unsur penting bagi pertumbuhan tanaman. Adanya air bukan saja penting untuk tanaman, tapi air juga penting untuk pembentukan tekstur tanah. Tanah yang tersirami air dari hujan, aliran sungai kecil, atau sistem pengairan yang sengaja dibuat manusia dengan baik akan menjamin tersedianya humus tanah dan membuat tanah berstruktur lempung yang berfungsi untuk mengikat berbagai mineral sehingga tanah tidak mudah hanyut terbawa air. Akan tetapi tingkat tekstur lempung sebaiknya juga tidak terlalu tinggi karena dapat berakibat membentuk genangan air yang justru akan merusak perakaran tanaman. Ada beberapa jenis sistem pengairan atau irigasi yang diterapkan dalam pembudi dayaan tanaman, salah satunya adalah sistem pengairan yang baik bagi budi daya tanaman adalah sistem pengairan atau irigasi "air tetes" seperti yang diterapkan pertama kali di negara Israel, sistem modern "air tetes" ini diciptakan pertama kali oleh Simcha Blass berkebangsaan Israel. Menurut Widiastuti dan Wijayanto (2017), sistem irigasi tetes cocok diaplikasikan pada lahan dengan sumber air terbatas, sistem irigasi tetes juga dapat menghemat pemakaian air karena dapat meminimalkan kehilangan air yang mungkin dapat terjadi akibat perkolasi, evaporasi dan aliran permukaan. Sistem irigasi tetes lebih menekankan pada tingkat keefektifan serta keefisienan air irigasi yang diaplikasikan pada lahan budidaya yang sumber airnya terbatas. Sistem irigasi tetes juga sering dikombinasikan dengan perlakuan pemupukan pada tanaman, cara ini disebut fertigasi. Dengan dilakukannya penerapan fertigasi pada lahan budidaya membuat pekerjaan yang dilakukan dalam berbudidaya tanaman lebih mudah dan efektif. Penambahan nutrisi pada saluran irigasi ini umumnya menggunakan nutrisi AB mix. Hal yang perlu dilakukan ketika melakukan pemupukan melalui fertigasi yaitu nilai EC (Electrical Conductivity) pada suatu larutan nutrisi tersebut. Kadar EC pada larutan nutrisi sangat penting diperhatikan, karena nilai ini dapat menunjukkan konsentrasi nutrisi yang terlarut dalam suatu larutan tersebut. Apabila konsentrasi nutrisi yang terlarut dalam jumlah banyak, maka nilai EC larutan tersebut akan semakin tinggi dan begitu juga sebaliknya (Ekaputra dkk, 2018).
Pengaplikasian irigasi tetes ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan memanfaatkan gaya gravitasi dan menggunakan pompa air. Tentunya terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan masing-masing diantara keduanya.
Pada sistem irigasi tetes terdapat beberapa komponen penting. Komponen tersebut meliputi pompa air, penampung air, tabung/kolam fertigasi, Saluran primer, Saluran sekunder (manifold), PCJ, dan emitter.
Cara kerja sistem irigasi tetes ini dari awal pompa air akan menghisap air yang berasal dari sumber air, air tersebut kemudian ditampung dalam tempat penampungan air yang biasanya menggunakan tandon. Air selanjutnya dialirkan ke dalam kolam fertigasi. Pada tahapan ini, air ditambahkan nutrisi yang selanjutnya dialirkan menuju saluran primer, dalam tahap ini air tersebut dapat dialirkan menggunakan pompa air maupun hanya mengandalkan gaya gravitasi saja.
Memberi pengairan bagi tanah dan tanaman ini berarti sebagai penentu kecil setelah penentu besar memberi tanah kesegaran atau peremajaan (refresh tanah) dalam mengelola tanah subur untuk tanaman, jadi pengairan memberi pengaruh besar ke-2 dalam peningkatan kualitas pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Pengaruh besar ke-3 dan seterusnya secara berurutan adalah: tanah diberi pupuk, tanah dihumuskan, tanah berumput disiangi, dan tanah dibajak. Sedangkan pengaruh paling terbesar sebagai urutan ke-1 adalah tanah diremajakan atau tanah disegarkan (refresh tanah) dalam usaha mengelola tanah untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman.
4. Tanah yang berumput disiangi.
Sampai pada tahap ini tanaman yang dibudidayakan tentunya sudah semakin besar dan berkembang lebih lanjut.
Tanah yang subur biasanya dapat ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman, tidak terkecuali rerumputan dan semak duri. Di atas tanah yang subur kita harus memperhatikan dan mengetahui vegetasi yang tumbuh di atasnya. Adanya rerumputan liar yang tumbuh di sekitar tanaman tidak perlu kita kuatirkan, sebab itu menandakan bahwa tanah yang kita kelola memiliki kualitas tanah yang baik, hanya kita perlu dan harus menyiangi rumput-rumput atau
menanggulangj gulma lainnya tersebut yang menggangu pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan.
Pengendalian gulma harus dilakukan pada waktu yang tepat, sehingga biaya, waktu, dan tenaga dapat lebih hemat. Waktu yang tepat untuk mengendalikan gulma adalah waktu periode kritis tanaman, yaitu periode di mana tanaman sangat peka terhadap faktor lingkungan. Periode ini biasanya terjadi umur 1/4 atau 1/3 sampai 1/2 umur tanaman (Zakaria dan Burhan 1999).Bila ingin menghasilkan buah tanaman budi daya yang organik, tentunya memberantas rumput dan gulma dilakukan tidak dengan memakai herbisida, tapi dengan cara alamiah saja. Rerumputan yang telah dibasmi dan limbahnya jangan dibakar atau dibuang ke sungai atau dimasukkan ke lubang tanah, tapi sebaiknya limbah rumput rumputan ini dapat diolah menjadi salah satu bahan pembuatan pupuk kompos.
Sebutir telur yang dilekatkan sedemikian rupa pada roda mobil, lalu diputar kencang dengan menjalankan mobil tersebut, maka akan membuat kuning telur berada di luar, sedangkan putih telur berada dibagian dalam, analogi reverse keberadaan keterbalikan yang sama pada rumput rumput musuh tanaman bahwa rumput dan semak duri yang tidak berguna harus kita manfaatkan agar berguna bagi kehidupan dengan cara membalikkan fakta eksistansi tubuh rumput tersebut, ilustrasi pembalikan hama atau musuh seperti ketika masa pandemik COVID-19 maka kita atasi dengan mengimplementasikan Mazmur 91, iya bukan?.. Nah untuk membalikkan eksistensi rumput hama ini harus kita cari tahu solusinya agar tanah bumi tidak ditumbuhi semak duri, dan tanah bumi tetap terberkati Sorga Allah. Tentunya salah satu caranya adalah kita manusia ciptaan Allah harus meninggalkan dosa dan pemberontakan terhadap perintah, hukum hukum Sorga Allah.
Selain memakai efek gerak seperti putaran kencang, adanya fenomena aneh bisa ditimbulkan oleh cahaya seperti ketika petir menyambar pohon kelapa memberi efek terjadinya keanehan pada buah kelapa dimana air kelapa menjadi dibagian luar dan daging buahnya mengumpul mengkristal ke bagian dalam batoknya, dan juga keanehan oleh efek bunyi.
Berikut diberikan gambar struktur bagian tubuh rumput liar menurut PMD:
Pada rerumputan atau gulma memiliki penentu terbesar dalam pertumbuhannya ada pada daun, bukan pada akar, itu sebabnya jika disemprot daun rumput atau gulma dengan herbisida maka ia akan segera paling tidak dalam tiga hari akan mati, dan itu sebabnya ada istilah atau ungkapan "akar rumput' di dalam kehidupan berbangsa dan negara ini.
Diawal penciptaan sebelum manusia jatuh dalam dosa, tumbuhan rumput atau gulma adalah tumbuhan baik bagi tumbuhan buah buahan atau sayuran atau tanaman budi daya lainnya, boleh dikatakan sewaktu itu rumput atau gulma "penonton terbaik" dalam "melihat" pertumbuhan tanaman budi daya, atau ia sebagai pengiring pertumbuhan tanaman budidaya dalam hal ia mampu menyerap unsur unsur pencemar tanah, namun begitu manusia jatuh dalam dosa maka berdampak bagi iklim dan cuaca lingkungan alam, semua mahluk juga terdampak akibat dosa ini seperti tumbuh tumbuhan yang paling rentan pertama sekali kena dampaknya ialah tumbuhan yang bernama rumput, gulma atau tanaman hyperaccumulator, sedangkan tanaman budi daya seperti buah buahan dan sayuran masih kuat bertahan akan dampak dosa ini, sehingga yang tadinya rumput, atau gulma mengandung unsur baik di dalam tubuhnya berubah terbalik menjadi unsur yang jahat yaitu rumput atau gulma yang mengandung unsur
zat allelophaty yang mengandung racun yang berbahaya bagi semua mahluk bila mengkonsumsinya, sedangkan hyoeraccumulator plant masih mampu bertahan menghasilkan zat makanan yang baik bagi semua mahluk dalam proses akumulasi rantai makanan.
Kondisi jahat atau beracun pada tubuh tanaman rumput atau gulma ini harus kita upayakan merubahnya dengan cara membalikkan zat zat unsur pembentuk tubuhnya untuk demi menghijaukan dan transformasi sumber nutrisi hasil bumi.
Sebagai contoh ilustrasi dalam hal membalikkan zat zat unsur pada tumbuhan jahat supaya menjadi tumbuhan baik, berikut diberikan (namun disini dibuat berandai andai kata saja ya) :
Katakan seandainya sayuran bayam itu sebagai rumput dimana sebelumnya ia adalah tanaman jahat, bayam jahat (rumput) ini mengandung zat zat dalam tubuhnya berupa "sampah" yang beracun dan berbahaya bagi semua mahluk bila mengkonsumsinya. Upaya untuk membalikkan unsur jahat beracun pada bayam jabat (rumput) ini katakanlah dilakukan "sedemikian rupa" di laboratorium kimia sehingga unsur beracun "sampah" itu dapat dirubah melalui beberapa tahapan, seperti suku kata "pah" pada kata "sampah" dihilangkan sehingga menjadi 'sam", lalu tahap berikutnya karena masih ada unsur jahatnya maka suku kata "sam" ini dibalikkan menjadi "mas", lalu tahap berikutnya didapatlah unsur dari zat yang baik padanya berupa dengan menambahkan satu huruf E pada suku kata " mas" tadi sehingga menjadi 'Emas". Nah jadilah bayam yang diandaikan sebagai rumput tadi berubah menjadi tanaman bayam baik yang mengandung unsur zat emas pada tubuhnya sehingga sayuran bayam adalah baik bila dikonsumsi manusia karena bayam memang mengandung unsur vitamin dan zat emas di dalam tubuhnya, bayam adalah sayuran emas di muka bumi.
Ilustrasi contoh tersebut di atas sama halnya perlakuannya bagi mahluk lain seperti pada manusia jahat menjadi manusia baik atau manusia baik diperbaharui budinya menjadi lebih baik lagi, seperti pada Saulus yang tadinya ia jahat dirubah namanya menjadi
Paulus karena ia sudah bertobat menjadi manusia baik bahkan menjadi seorang rasul Allah yang paling tersohor dimuka bumi.
Seandainya tanah tedkomtaminasi bahan pencemar yaitu logam berat seperti Kadmium (Cd) dan tembaga/Cuprum (Cu), atau unsur logam berat lainnya, maka ini adalah masalah besar di bumi karena adanya akumulasi logam berat pada tahapan rantai makanan, dan ini akan menyebabkan pencemaran tanah dan juga air karena logam berat Cd dan Cu berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman budi daya, Cd dan Cu mengandung unsur racun terhadap tanaman budi daya dan terhadap semua mahluk lainnya dalam akumulasi pada rantai makanan. Sesuai dengan itu Subowo et al (1999) menyatakan bahwa logam berat di dalam ta ah pertanian dapat menurunkan produktivitas tanah dan mutu hasil pertanian.
Pencemaran tanah oleh logam berat Cd dan Cu ini dapat ditanggulangi dengan melalui remediasi lahan secara sederhana atau lebih spesifiknya dengan melalui cara fitoremediasi yaitu menanam tanaman yang mempunyai kemampuan sangat tinggi untuk menyerap atau mengangkut berbagai bahan/unsur pencemar yang ada (multiple uptake hyperaccumulator plant).
Berapa banyak sih tanaman yang mampu menyerap atau mengangkut bahan pencemar tanah tersebut?, tidak banyak bukan?, malah seiring semakin bertambah banyaknya dosa dan pemberontakan manusia terhadap hukum hukum Sorga Allah, maka tanaman penyerap bahan pencemar tersebut akan semakin berkurang, setidak tidaknya diantara yang ada pasti kemampuan tanaman tersebut akan semakin berkurang untuk menyerap atau mengangkut bahan pencemar tersebut. Sebagai bukti bisa kita lihat diawal penciptaan sewaktu manusia belum jatuh dalam dosa, bahwa tanaman semak duri dan rumput yang tadinya ia tanaman baik, tanaman pengiring bagi tanaman budi daya, tanaman yang mampu menyerap bahan pencemar malah menjadi terbalik 180 derajat oleh karena dampak manusia (Adam dan Hawa) jatuh dalam dosa, tanaman semak duri dan rumput itu tidak lagi tanaman baik tetapi terbalik menjadi tanaman jahat, tidak lagi tanaman pengiring tetapi terbalik menjadi tanaman penggarong zat nutrisi, tidak lagi di akar penentu utama pertumbuhannya tetapi terbalik menjadi di daun lah penentu utama pertumbuhannya, tidak lagi tanaman yang mampu menyerap unsur pencemar tetapi terbalik menjadi tanaman yang tidak mampu menyerap unsur pencemar, unsur logam berat itu sudah terlalu berat baginya untuk diangkut. Sebelum ada dosa yang tadinya tanaman rumput itu bernama cuprum: C-U-P-R-U-M karena ia mampu menyerap/mengangkut cuprum/tembaga, malah menjadi terbalik namanya setelah dosa ada maka ia bukan lagi cuprum tetapi sudah terbalik namanya menjadi R-U-M-P-U-T karena ia tidak mampu lagi menyerap/mengangkut logam logam berat dari dalam tanah (Perhatikan huruf C pada kata Cuprum telah berganti menjadi huruf T pada kata Rumput, setelah terjadi pembalikkan atau pertukaran huruf lainnya).
Ada sih tapi tidak banyak tanaman lain yang masih mampu menyerap bahan/unsur logam berat Cd dan Cu seperti tanaman Mendong (Fimbri Stylis Globulosa), rumput jenis teki-tekian (Cyperus Platystylis) , Jugul (Borreria Laevis), Bayam-bayaman (Amaranthus spp), Sawi-sawian (Brassica Juncea), Bundung ganal (Scleria Poaeformis), Purun Tikus (Eleochoris Dulcis), Karapiting (Polyganum hidropiper), Hiring-hiring (Rhynchos-phora Corynbosa), dan Purun Kudung (Leperomis Mucrunata).
Berdasarkan keragaan pertumbuhannya, jenis tanaman tersebut di atas adalah tanaman hiperakumulator yang sengaja maupun tidak sengaja ditanam diharapkan dapat berfungsi sebagai tanaman fitoremediasi yang dapat memperbaiki kualitas lahan dengan menyerap logam berat dari lahan tercemar.
Comments
Post a Comment